Selasa, 22 November 2016

kONSEP DASAR ERGONOMI

Konsep Dasar Ergonomi
Ergonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya ilmu. Secara harfiah, ergonomi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. Jika dilihat dari pengertian tersebut, ruang lingkus ergonomi terasa sempit, namun jika kita dapat mencermati lebih dalam, maka ruang lingkup ergonomi akan sangat luas dan dapat mencakup segala aspek, tempat, dan waktu. Jadi, ergonomi juga dapat diterapkan apa aspek apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Beberapa ahli mendefinisikan ergonomi dengan penjabarannya sebagai berikut (Solichin, 2014) :
1. Ergonomi adalah disiplin ilmu atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia dengan pekerjaan dan tempat kerjanya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981).
2. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan dan atau menyeimbangkan antara seluruh fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
3. Ergonomi adalah ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).
4. Ergonomi adalah ilmu dan penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan atau menyeimbangkan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang tinggi melalui pemanfaatan manusia secara optimal (Suma’mur, 1987).
5. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera dan kecelakaan kerja pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ergonomi berpusat pada manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan pada kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut dilakukan dalam usaha untuk mencegah cidera kecelakaan kerja.
Definisi lain menyebutkan bahwa ergonomi merupakan sebuah ilmu untuk “fitting the job to the worker sementara itu dari International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa, sebagai terapan ilmu biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja atau karyawan dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. ILO juga menjabarkan mengenai maksud dari kualitas hidup manusai pekerja sebagai berikut:
1. Work should respect the worker’s life and heath.
2. Work should leave the worker with free time for rest and eisure.
3. Work should enable the worker to serve society and achieve self fulfillment by developing his personal capacities.
1. Pekerjaan harus menghormati kehidupan pekerja dan kesehatan pekerja.
2. Pekerjaan harus memberikan pekerja dengan waktu luang untuk beristirahat dan rekreasi.
3. Pekerjaan harus mengaktifkan pekerja untuk melayani masyarakat dan mencapai pemenuhan diri dengan mengembangkan kapasitas diri masing masing.
Penjabaran dari definisi ergonomi juga dilakukan dalam bentuk fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick, 1993) yang penjabaran secara garis besar seperti berikut :
1. Secara fokus
Ergonomi akan menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana manusia hidup dan bekerja setiap harinya.
2. Secara tujuan
Ergonomi memiliki dua tujuan, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan mengenai ergonomi tersebut diatas, definisi ergonomi dapat dirangkum dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan ilmu yang menpelajari manusaia dalam kaitan dengan pekerjaan dan tempat kerja yaitu penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang berkaitan tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, psikologi, enginering, dan manajemen.
B. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengan ergonomi telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Aktivitas yang berkenaan dengan ergonomi seperti pola duduk dalam bekerja dan sebagainya telah ada sebelum itu. Beberapa kejadian kejadian penting dapat diilustrasikan sebagai berikut :
1. C.T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari orang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh operator-operator di tempat kerjanya. Trackrah mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode ilmiah untuk menentukan bagaimana cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja. Dalam hal ini Gilbreth lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 191, Gilbreth menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun maupun naik (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board), England, 1918
Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia I. Mereka menunjukkan bagaimana keluaran setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo adalah seorang warga negara Australia. Ia memulai beberapa studi di suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik yang ada pada tempat kerja seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang, tank, dll). Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk mengendalikan pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidak nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator dalam tempat kerja.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomics Research Society) di Inggris pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak terlibat dan berpengalaman dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan buku jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada bulan November 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Diketahui pula bahwa dalam Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, konferensi tersebut mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australian and New Zealand).
Perkembangan ergonomi pertama kali dipublikasikan pada tahun 1949 sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi tersebut berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan atau prinsip atau kaidah). Istilah ergonomi sering digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat sendiri dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut yaitu ergonomic dan human factor hanya berbeda pada penekanannya. Yang intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), “untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama”.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak empat ribu tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, layaknya batu yng digunakan untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan ataupun perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangannya masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan terkadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi yang modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan penelitian tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimalkan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai dengan 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric di Amerika melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya terkenal dengan sebutan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep uyang baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dengan mesin. Kemajuan ergonomi semakin pesat dan terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan alat-alat yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut telah banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang pada masa Perang Dunia II. C. Ruang Lingkup Ergonomi
Dari pengertian mengenai ergonomi yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, ergonomi dapat dikatakan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Meskipun cakupan ergonomi sangat luas, tetapi ada batasan yang dapat dikatakan harus menerapkan fungsi ergonomi. Ruang lingkup ergonomi berupa :
• Ergonomi fisik
Ergonomi fisik berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, karakteristik fisiologi, anthropometri, dan karakteristik biomekanika yang erat hubungannya dengan segala aktivitas fisik lainnya. Pembahasan mengenai ergonomi fisik meliputi posisi tubuh duduk maupun berdiri, posisi tubuh saat mengangkat beban, dan menjinjing beban.
a. Pengaturan tinggi landasan kerja pada posisi duduk yang perlu dipertimbangkan adalha sebagai berikut :
 Sebuah pekerjaan kiranya dilakukan pada wakti yang lama
 Kalau bisa ada meja yang dapat diatur naik serta turun
 Tinggi landasan san tidak memerlukan fleksi tulang belakan yang berlebihan
 Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rilkes dari bahu, dan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.
b. Aturan kerja posisi badan berdiri
Kerja posisi badan berdiri lebih membuat lelah daripada posisis duduk dan energi yang kita keluarkan juga akan lebih banyak 10% sampai 15% dibangingkan dengan posisi duduk.
Kketinggian landasaan keerja posisi berdiri adalah :
 Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian, tinggi landasan kirra-kira 5 sampai 10 cm di atas tinggi siku berdiri.
 Pekerjaan ringan, tiinggi landasan kira-kira 10 sampai 15 dibawah tinggi siku berdiri.
 Pekerjaan yang diharuskan ada penekanan, tinggi landasan kira-kira 15 sampai 40 cm di bawah tinggi siku berdiri,
c. Posisi duduk dan berdiri memiliki keuntungan secara biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang sebesar 30% lebih rendah dibanding dengan posisi duduk dan berdiri secara terus menerus.
 Pada saat bekerja hendaknya dilakukan dudk dan berdiri secar berkala
 Meja kerja menjangkau sesuatu lebih dar 40 cm ke depan atau 15 cm diatas landasan
d. Tujuan umum mengenai mangangkat beban
Ada berbagai macam cara dalam mengangkat beban berupa, dengan kepala, tangan, bahu, punggung, dsb. Jika beban yang diangkat terlalu berat dapat menimbulkan cidera tulang punggung, persendian dan otot akibat gerakan yang berlebih.
 Menjinjing beban
International Labour Organization telah menetapkan aturan mengenai beban yang diperbolehkan diangkat oleh individu :
 Laki-laki dewasa boleh mengangkat masimal 40 kg
 Perempuan dewasa hanya boleh mengangkat maksimal 15 sampai 20 kg
 Laki laki usai 16 sampai 18 tahun boleh mengangkat sampai 20 kg saja
 Perenpuan usia 16 sampai 18 tahun hanya boleh mengangkat beban sampai 15 kg
e. Metode mengangkat beban
Prinsip-prinsip mengangkat beban yang perlu diketahui oleh pekerja melalui metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai berdasarkan :
 Otot lengan harus lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
 Untuk memulai gerakan morizontal, harus menggunakan momentum berat badan
Metode mengangkat beban juga memiliki 5 faktor dasar :
 Posisi lengat harus dekat dengan tubuh
 Punggung harus kuat
 Posisi kaki harus benar
 Menggunakan berat badan
 Mengangkat dengan benar
• Ergonomi kognitif
Ergonomi kognitif berkaitan dengan proses mental dari manusia yang meliputi : persepsi, reaksi, dan ingatan sebagai akibat dari interaksi manusia dengan sistem pemakaian elemen manusia. Dalam ergonomi kognitif, pembahasan yang relevan berupa : beban kerja, pengambialn keputusan, stress kerja, interaksi manusai dengan komputer, performa manusia, dan keandalan manusia.
a. Beban kerja
Beban kerja merupakan salah satu yang menjadi anaisis dalam melakukan perencanaan kerja. Beban kerja adalah usaha yang dikeluarkan oleh pekerja atau karyawan untuk memenuhi dan menyelesaikan pekerjaan mereka. Beban kerja tidak akan terlepas dari kapasitas, kapasitas sendiri merupakan kemampuan manusia. Layaknya mesin, jika beban yang dikerjakan melebihi kapasitasnya maka akan menurunkan usai pakai mesin tersebut sehingga menyebabkan kerusakan pada mesin. Begitupun manusia yang dalam hal ini pekerja atau karyawan, jika mereka diberikan beban kerja yang berlebihan, padahal kapasitas mereka masih kecil, maka akan menurunkan kualitas hidup pekerja dan juga mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja. Turunnya kualitas hidup pekerja ditandai dengan rasa kelelahan, keletihan yang berlebih, dan tingginya kesalahan saat melakukan pekerjaan.
Anaisis yang digunakan kuntuk mengurangi beban kerja diantaranya, penentun kebutuhan para pekerja, membuat analisis ergonomi, membuat analisis kesehtan dan keselamatan kerja (k3), sampai pada perencanaan penghasilan atau gaji, dsb.
Aspek fisik, mental, dan penggunaaan waktu merupakan aspek yang digunakan unruk perhitungan beban kerja. Aspek fisik mengacu pada perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria fisik pekerja. Aspek mental meliputi perhitungan beban kerja dengan mmempertimbangkan aspek mental Atau psikologis dari pekerja. Dan aspek pemanfaatan waktu lebih kepada mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.
Beban kerja fisik juga bermacam , namun secara umum meliputi sisi fisiologis atau faal tubuh dan biomedika. Sisi fisiologis dilihat dari kkondisi fisik tubuh meliputi denyut jantung, pernafasan, dsb. Dan sisi biomedika lebih mengenai kepada aspek proses mekanik yang terjadi pada tubuh, misalnya kekuatan otot, dan sebaginya. Beban kerja dapat dihitung berdasarkan pemanfaatan waktu yang dibedakan antara pekerjaab yang berulang atau repetitif, dan pekerjaan yang tidak berulang atau non repetitif. Pekerjaan repetitif terjadi pada peerjaan dengan siklus pekerjaan pekrjaan pendek dan berulang pada waktu yang sama. Contoh dari pekerjaan repetitif berupa operator mesin di pabrik pabrik. Pekerjaan non repetotif memiliki pola yang relatif tidak menentu. Contoh dari pekerjaan non repetitif meliputi pekerjaan administrasi, tata usaha, sekrrtaris, dan pegawai kantor pada umumnya.
Menurut Rodahl (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor darin dalam atau internal maupun faktor dari luar atau eksternal.
 Beban Kerja Karena Faktor Internal
Beban kerja karena faktor internal adalah salah satu faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh dari beban kerja disebut sebagai strain. Berat maupun ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif dapat melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif yaitu dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu, strain secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian subjektif lainnya. Faktor faktor internal meliputi:
a) Faktor tubuh : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi .
b) faktor psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll.
 Beban Kerja Karena Faktor Eksternal.
Beban kerja karena faktor eksternal merupakan beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas ( task ) itu sendiri, organisasi serta lingkungan kerja. Ketiga faktor ini sering disebut sebagai stressor.
a. Tugas- tugas (tasks) yang diberikan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja, alat dan sarana kerja, tata ruang tempat kerja, beban yang diangkat-angkut, kondisi atau medan kerja, sarana informasi termasuk displai dan control, sikap kerja, cara angkat-angkut, alat bantu kerja, alur kerja dll. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, serta tanggung jawab terhadap pekerjaan dll.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, kerja bergilir, waktu istirahat, model struktur organisasi , kerja malam, sistem kerja, sistem pengupahan, musik kerja, pelimpahan tugas dan wewenang dll.
c. Lingkungan atau tempat kerja yang mungkin dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja atau karyawan adalah:
o Lingkungan kerja fisik meliputi : mikroklimat (suhu udara, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas kontras penerangan, intensitas suara atau kebisingan, getaran mekanis, dan tekanan udara pada tempat kerja.
o Lingkungan kerja kimiawi meliputi : debu, gas yang menyebabkan pencemar udara, uap logam, dll.
o Lingkungan kerja biologis meliputi : bakteri, virus dan parasit, jamur, serangga, dll.
o Lingkungan kerja psikologis atau mental meliputi : pemilihan dan penempatan pekerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja lain, pekerja dengan atasan atau pimpinan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak kepada kualitas produktif kerja di tempat kerja.
b. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan hasil dan keluaran dari proses mental (kognitif) yang membawa pada pemilihan suatu tindakan diantara banyaknya alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang menghasilkan satu pilihan final. Keluaran dari pemgambilan keputusan ini dapat berupa tindakan atau pendapat pilihan. Dalam ergonomi kognitif, pekerja akan lebih dulu berfikir untuk mealukan suatu pekerjan. Pengambilan keputusan yang bersifat final, akan menimbulkan suatu pemikiran yang sangat matang, pekerja harus memilah dan menimbang untung serta ruginya jika menggunakan alternatif pilihan. Dalam pengambilan keputusan, pekerja atau yang bersangkutan juga harus melihat aspek lainnya.
• Ergonomi organisasi
Ergonomi organisasi ini berkaitan dengan optimasi sistem dari sosioleknik, termasuk didalamnya kebijakan, strukstur organiasasi dan proses serta manajemen.
Dalam ergonomi organisasi, dapat dilihat menegnai komunikasi di dalam lingkungan pekerjaan, perencanaan waktu aktif kerja, dan organisasi di perusahaan yang dapat membuaat pekerja atau karyawan merasa nyaman dalam bekerja di tempat kerja.
• Ergonomi lingkungan
Ergomoni lingkungan ini berkaitan dengan temperatur, pencahayaan, getaran, dan kebisingan suara pada tempat kerja.
a. Temperatur
Ada 2 faktor yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap suhu atau temperature ditempat kerja yaitu sifat kerja yang dilakukan dan lamanya karyawan mengalami suhu ekstrim. Pad pekerjaan mental dan kognitif subyek yang bekerja dibawah pengaruh suhu tinggi yang berkepanjangan membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan subyek yang berada di bawah suhu yang lebih rendah. Akan tetapi pada pekerjaan manual biasanya akan lebih terpengaruh oleh suhu yang sangat dingin, namun bila pekerjaan sangat berat, kebanyakan orang terlihat lebih efisien dan nyaman dengan suhu dibawah suhu yang biasanya.
b. Pencahayan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi adalah kadar atau intensitas cahaya, distribusi cahaya, serta sinar yang menyilaukan.
 Kadar Cahaya
Kadar cahaya digunakan untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan ketelitian dalam penerangan. Pekerjaan yang meerlukan ketelitian tersebut seperti, memperbaki arloji yang menuuntut kadar cahaya yang cukup tinggi.
 Distribusi Cahaya
Pengaturan yang ideal dalam distribusi cahaya merupakan jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Kelelahan mata setelah jangkat waktu tertentu dapat ditimbulkan karena distribusi cahaya penerangan pasa suatu daerah kerja yang lebih tinggi kadar cahaya daripada daerah yang mengelilingi.
 Sinar yang menyilaukan
Sinar dapat menimbulkan penigkatan kesalahan dalam kerja rinci selama 20 menit. Selain menimbulkan ketegangan pada mata, silau juga dapat mengaburkan pandangan.
Agar silau di tempat kerja dapat dihindari, hal-hal berikut ini harus menjadi perhatian kepada semua karyawan maupun pekerja :
 Dilarang ada cahaya yang masuk pada bidang visual dari operator atau pekerja
 Ruang kerja jangan dipakai saat sumber sinar tidak tersaring
 Penyaringan cahaya harus rata-rata terangnya tidak boleh melebihi 0.3 sb (umum), dan 0.2 sb (pada ruang kerja)
 Sudut antara garis pandang horizontal dengan garis penghubungnya harus lebih dari 300 terhadap mata
 Jika sudutnya kurang, lampu penerangan harus disaring atau memakai lampu pendar, arah tabung harus menyilang garis pandang
 Tempat kerja harus diletakkan dengan ketentuan garis pandang yang paling sering dipakai jangan berhimpit dengan cahaya yang terpantul dan area pantulan dengan konteras yang lebih 1:10 dan jangan sampai terjadi pada bidang visual. Hal tersebut digunakan untuk menghindali silau karena pantulan
 Pemakaian alat kerja berupa perabot, mesin, perkakas, papan wesel yang berkilauan hendaknya dihindari.
c. Kadar Cahaya
Penentuan kadar cahaya digunakan untuk pekerjan tertentu. Pekerjaan yang memerlukan kejelian dan ketelitian seerti memperbaiki jam tangan menuntut kadar cahaya yang jauh lebih tinggi.
d. Desain ruang kerja
Ruang kerja yang ideal merupakan ruang kerja yang nyaman bagi pekerjanya dan memenuhi syarat ergonomi. Desin yang ideal untuk ruang kerja yang banyak digunakan adalah model terbuka dengan penyekat. Antara ekerja hanya dibatasi didinding pemisah yang tidak terlalu tinggi yang biasanya terbuat dari tripleks, sehingga pekerja masih dapat berinteraksi dengan rekan kerja lainnya. Akan tetapi ruang kerja model ini membuat pekerja tidak memiliki privasi, mengalami gangguan konsentrasi ketika rekan kerjanya berbicara dengan keras di telepon.
Akan tetapi, jika dibanging dengan ruang model tertutup dimana pekerjanya diberi ruang sendiri, pekerja akan lebih cepat leleh dan jenuh, dismping itu dana dan tempat yang cukup besar dibutuhkan untuk mendudungnya. Sehingga model rung kerja yang seperti ini lebih banyak digunakan dalam perkantoran saat ini.
Subuah ruang kerja dapat dikatakan nyaman dan ergonomis jika memiliki faktor diantaranya :
 Semua perlengkapan maupun penunjang mudah diatur dan disesuaikan dengan pekerja atau karyawan.
 Desain dan semua perlengkapan disesuaikan dengan ukuran tubuh pekerja.
 Tembok pemisah kurang dari 1,37 meter, sehingga pekerja masih bisa saling berinteraksi satu sama lain.
 Ruang kerja dpat mengakomodir semua pekerja dan tidak terlalu banyak sehingga berkesan padat. Ukuran ruangan pribadi bisanya berkisar antara 2,4 m x 2,4 m sampai 3,6 m x 3,6 m
 Warna ruangan kerja dibuat kebih cerah dan terang. Jika ruang kerja diberi warna hitam ataupun warna yang mencolok akan membuat pekerja tersebut mengalami stress. Tetapi sebaliknya juka ruang kerja diberi warna yang soft akan menbuat pekerja menjadi nyaman dan terkesan rileks dalam melakukan tugasnya.
 Diusahakan tidak ada mesin-mesin yang menggangu pekerjaan karyawan atau pekerja.
 Tinngi langit-langit ruang kerja minimal 2.5 m.
 Partisi penyekat yang digunakan terbuat dari bahan yang permanen dan tidak mudah untuk dlepas. Dan dipasan tidak terlalu tinggi.
 Jika suhu udara luar ruang kurang dari 180 C perlu menggunakan pemanas ruang. Ini biasanya terdapat di ruangan kerja negara bagian selatan yang memiliki iklim panas dan dingin
 Bila suhu dalam ruangan mencapai lebih dari 280 C perlu menggunakan alat tata udara seperti AC atau kipas angin.
e. Udara Ruang
Upaya yang dilakukan untuk penyehatan udara ryuang gara suuhu dan kelembaban, debu, sirkulasi udara, bahan pencemaran dan mikroba di uang tempat bekerja harus memenuhi syarat kesehatan.
Agar kandunga debu di alam ruang kerja mmenuhi persyaratan kesehatan makan harus dilakukan upaya sebagai berikut :
 Pembersihan dinding dilakukan secara bertahap 2 kali daam setahun da di cat ulang 1 kali dalam setahun.
 Kegiatan membersihkan ruang kerja dilakukan setiap hari bisa pagin dan sore haru dengan menggunakan kain pel basah ataupun pompa hampa atau vacum cleaner.
 Sistem ventilasi yang memenuhi persyaratan ergonomi.
D. Sistem Manusia – Mesin
Pada industri pelayanan maupun industri manufaktur peran manusia masih sangat penting sebagai komponen industri dalam proses produksi. Meskipun saat ini seiriring dengan perkembangan teknologi produksi yang berkembang sangat pesat dengan adanya otomasi industri misalnya, faktor manusia tetap sangat dibutuhkan dalam mementukan produktivitas. Manusia merupakan komponen penting dalam sistem manusia- mesin, kedua kompnen produksi tersebut akan saling berinteraksi guna menghasilkan output berdasarkan input yang telah dirancang dan ditentukan. Manusia akan memperoleh masukan (input) dengan melihat dan mendengar (sensing) dari display mesin, dari informasi yang diperoleh kemudian akan diproses oleh otak, kemudian otak akan memutuskan untuk melakukan reaksi melalui kontrol mesin. Dari kontrol mesin akan membuat mesin tersebut dapat beroperasi, lalu mesin dipasang display guna menginformasikan bahwa mesin sedang beroperasi, kemudian setelah proses mesin sudah selesai, mesin tersebut akan otomatis mati. Beroperasinya mesin akan memproses masukan (input) menjadi keluarang (output), proses tersebut terjadi pada lingkungan kerja.
Setelah adanya hubungan manusia-mesin, kemudian akan dikelompokkan menjadi :
1. Sistem manual
Pada sistem manual ini masukan akan langsung menjadi keluaran. Alat tangan berfungsi untuk menambah kemampuan atau kapabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya. Manusia hanya berfungsi sebagai sumber tenaga dan juga kendali operasi.
2. Sistem mekanik
Sistem mekanik sering disebut dengan sistem semi otomatis. Pada sistem mekanik ini tenaga pekerja dan beberapa fungsi lain sat proses produksi diganti mesin. Manusia hanya akam memberi respon melalui sistem kontrol untuk mengoperasikan mesin. Mesin akan beroperasi dan dikendaliakan penuh oleh manusia.
3. Sistem otomatis
Pada sistem otomatis ini, mesin cukup mampu melaksanakan semua fungsi yang dilakukan manusia. Fungsi tersebut berupa sensor, pengambilan keputusan maupun aksi. Dalam hal ini manusia bertugas memonitor agar mesin dapat bekerja dengan dengan baik, dan manusia bertugas memasukkan data atau mengganti program baru apabila diperlukan.
E. Metode Ergonomi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengutarakan beberapa metode yang digunakan dalam penerapan ergonomi. Dalam menilai tingkat ergonomi suatu lingkungan kerja, yaitu :
• Diagnosis
Metode diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara denga pekerja yang bersangkutan, inspeksi tempat kerja dengan cara penilaian fisik pekerja yang selanjutnya dapat dilakukan treatment pada pekerja. Diagnosis lain berupa pengujian pencshayaan, pengukuran lingkungan kerja , dan melakukan checklist ergonomi atau yang sering disebut ergonomi check point. Variasi dari metode diagnosis sendiri akan sangat luas, ada diagnosis yang sederhana sampai diagnosis yang sangat kompleks.
• Treatment
Dalam metode tteatment ini pemecahan masalah sangat bergantung pada data dasar saat melakukan diagnosis. Jadi treatment disini lebih mengacupada penerapan atau eksekusi yang akan dilakukan setelah diagnosis di dpatkan. Contoh-contoh yang dapat dikatakan sebagai treatment seperti mengubah letak pencahayaan atau jendela yang sesuai dengan kondisi kerja. Contoh lainnya berupa tindakan preventif seperti membeli furniture atau perlengkapan ruang yang sesuai dengan diimensi fisik pekerja berupa meja dan kursi yang nyaman misalnya.
• Follow Up
Metode Follow Up disini lebih mengacu pada evaluasi yang subyektif maupun obyektif. Evaluasi subyektif dapat dilakukan dengan cara menanyakan tentang seberapa nyaman perkerja terhadap pekerjaannya. Atasan dapat menanyakan apakah saat melakukan kerja pekerja merrasa kesakitan mislnya pada bagian bahu atau siku, keletiihan, sakit kepala dan sebagainya. Untuk evaluasi secara obyektif, dapat dikalaukan dengan mengukur parameter produk yang ditolak, mengecek absensi sakit, menyurvei angka kecelakaan dan lain sebagainya.
F. Ergonomi Anthropometri
Kata anthropometri berasal dari kata “anthro” dan “metry”. Kata “anthro “ yang berarti manusia dan “metry” yang berarti ukuran. Dapat didefinisikan bahwa anthropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Winjosoebroto, 2000). Hughes (2002) mendefinisikan anthropometri sebagai ilmu mengukur dan mengoleksi data karakteristik fisik dan aplikasinya untuk desain dan evaluasi sistem, peralatan, produk manufaktur, fasilitas dan lingkungan manusia.
Antropometri dapat didefinisikan sebagai pengukuran manusia, pengukuran yang dimaksud misalnya, tinggi, panjang siku-pergelangan tangan, dll. Faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri meliputi gender, etnis, pertumbuhan dan perkembangan, tren sekuler, penuaan, kelas sosial, dan pekerjaan, serta pakaian dan peralatan pribadi. Survei antropometri merinci berbagai pengukuran yang telah dilakukan untuk berbagai populasi (Pheasant,1986). Dewasa ini, sumber buku yang paling banyak dirujuk adalah teks internasional dari International Labour Office (Jurgens dkk., 1990). Teks ini telah disusun menjadi database antropometri yang komprehensif. Tenaga kerja yang berbeda di berbagai belahan dunia dan beragam, oleh karena itu, penting untuk merancang tempat kerja berdasarkan antropometri dari pengguna atau pekerja itu sendiri.
Pengukuran antropometri pada setiap orang dibandingkan dengan nilai-nilai yang diamati pada populasi umum dan dinyatakan sebagai persentil. Persentil didefinisikan sebagai satu set divisi yang menghasilkan 100 bagian yang sama dalam serangkaian nilai-nilai yang berlanjut. (Last, 1988) Dengan demikian orang yang tingginya di atas persentil ke-90 adalah lebih tinggi dari 90% dari semua orang di seri. Nilai terkecil dari pengukuran biasanya terkait dengan persentil perempuan 5, dan terbesar nilai pengukuran biasanya berhubungan dengan 95 orang laki-laki persentil.
Dalam desain ergonomis, salah satu dapat menggunakan data antropometri di tiga cara yang berbeda. Yang pertama adalah merancang untuk rentang (yang terkecil sampai yang terbesar, biasanya dari persentil ke-5 untuk persentil ke-95), seperti desain tinggi disesuaikan kursi berdasarkan tinggi poplitea. yang kedua adalah merancang untuk ekstrim (terkecil atau terbesar, biasanya untuk 5 persentil atau persentil ke-95), seperti desain ketinggian tiang pintu untuk perawakan orang terbesar ini (ditambah cukup clearance) atau desain rak untuk terkecil jangkauan fungsional seseorang. Yang ketiga adalah merancang untuk Rata-rata. Metode ini hanya diterima ketika seseorang menggunakan tempat kerja untuk jangka waktu yang sangat singkat. Metode ini biasanya dihindari oleh ergonomists, karena tidak mengakomodasi segmen besar dari populasi pengguna. Sebuah Misalnya adalah merancang ketinggian permukaan kerja di bank untuk tinggi siku pelanggan.
Telah dijelaskan bahwa anthropometri mengacu pada ukuran tubuh manusia. Ukuran tubuh setiap manusia pun berbeda-beda tergantung faktor dari dalam manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia meliputi :
1. Usia
Ukuran tubuh manusia akan terus berkembang seiring dengan tambahnya usia. Pada usia 0 sampai 25 tahun ukuran tubuh akan terus berkembang pesat, 25 sampai 40 tahun ukuran tubuh manusia relatif tetap, dan saat usia 40 tahun ke atas cenderung mulai menyusut. Pada umur 50 sampai 60 tahun kekuatan otot tubuh menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris serta motoris menurun sebanyak 60%. Kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan pada ; tajamnya penglihatan, VO2 max, kecepatan membedakan sesuatu, pendengaran, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek (short term memory).
2. Jenis Kelamin
Ukuran tubuh laki-laki pada umumnya cenderung lebiih besar dari pada ukuran tubuh perempuan, kecuali pada bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan payudara. Umumnya perempuan memiliki kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik serta kekuatan otot pada laki-laki.
3. Suku Bangsa
Ukuran tubuh pada setiap suku bangsa ataun kelompok etheenik akan beragam dan memiliki karakteristik tubuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Prinsip dasar penerapan anthropometri dalam desain yang ergonomis meliputi :
1. Desain untuk individual yang ekstrim (maksimal dan minimal)
Desain ini digunakan untuk gaya operasional alat kontrol yang mengunakan ekstrim minimal. Desain untuk individual ini contohnya pada pengaplikasian tinggi pintu yang seharusnya ukuran tinggi maksimal manusia.
2. Desain untuk rata-rata manusia
Pendekatan desain rata-rata manusia ini tergolong murah dan mudah. Namun metode ini memiliki kelamahan yang besar karena hanya beberapa populasi yang mampu mengoperasikan.
3. Desain yang dapat disetel
Desain anthropometri ini sangat baik, karena 95% dari keseluruhan populasi mampu mengoperasikan aat tersebut, tetapi kelemahan dari desain ini membutuhkan biaya yang mahal.
4. Desain untuk individu
Desain anthropometri ini dibuat untuk individu yang memiliki data yang digunakann untuk mendesain. Desain seperti ini sangat ideal untuk individu tetapi tidak nyaman digunakan untuk orang lain.
Anthropometri dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Anthropometri statis atau struktural
Anthropometri statis atau struktural merupakan ukuran tubuh manusia pada saat kondisi tidak bergerak, posisi standar baik posisi berdiri maupun duduk.
2. Anthropometri dinamis atau fungsional
Anthropometri dinamis atau fungsional merupakan ukuran tubuh manusia saat melakukan aktivitas kerja di suatu lingkungan kerja.
Anthropometri secar luas digunakan sebagi bahan pertimbangan ergonimi dalam interaksi manusai. Data antropometri yang diperoleh aan diaplikasikan secara luas dalam hal :
1. Perencanaan area kerja seperti work station, interior mobin dan lain lain.
2. Perancangan lingkungan kerja fisik yang ideal
3. Perancangan alat kerja seperti mesin, perkakas, dan sebaginya
4. Peancangan produk konsumtif atau habis pakai seperti pakaian, kursi, meja dan lain lain.
G. Aplikasi Ergonomi
Aplikasi ergonomi mengacu pada penerapan ergonomi itu sendiri. Pada sub bab ini aka dibahas mengenai aplikasinya yang sebelumnya telah disinggung pada ruanglingkup ergonomi.
a. Posisi Kerja
Posisi kerja terdiri dari kerja duduk dan kerja berdiri. Untuk penyabarannya sebagai berikut :
• Kerja Berdiri
Kerja berdiri adalah posisi kerja dimana tualng belakang vertikal dengan berat badan yang bertumpu secara seimbang pada dua kaki.
• Kerja duduk
Kerja duduk sendiri terjadi saat kaki tidak dibebani dengan berat tubuh pekerja, dan memiiki posisi stabil selama bekerja. Kerja duduk dan tempat duduk merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tempat duduk sendiri dibuat agar nilai ergonomisnya dapat terpenuhi serta tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi individu dan mengurangi kelelahan, serta untuk menfasilitasu postur tubuh yang tepat.
Keuntungan dari duduk daripada berdiri adalah sebagai berikut :
 Duduk hanya sedikit membutuhkan aktivitas otot, menundam kelelahan. Seorang individu dapat duduk untuk sekitar satu jam tapi berdiri selama kurang lebih hanya setengah jam sebelum terjadi kelelahan di tempat kerja.
 Duduk memiliki stabilitas lebih, yang diperlukan untuk presisi atau tugas dengan baik.
 Ketika duduk, seorang pekerja atau karyawan dapat mengoperasikan kontrol kaki lebih mudah sambil mempertahankan postur tubuh yang baik.
Faktor yang paling sering ditekankan saat membeli atau memilih kursi adalah biaya dan penampilan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain dan pemilihan kursi meliputi :
(1) Faktor ergonomis:
• antropometri dari pengguna; kenyamanan pengguna (tidak untuk pembeli).
(2) Faktor yang dapat disesuaikan:
• berbagai penyesuaian dari pengguna;
• kemudahan penyesuaian (misal berlabel, kontrol kede warna).
(3) Faktor ekonomi:
• biaya awal pembelian dari kursi;
• pemeliharaan kursi;
• lama waktu kursi dapat digunakan.
(4) Faktor keamanan:
• tipping;
• meluncur;
• lainnya.
(5) Faktor-faktor lain:
• Mekanisme putar untuk mengurangi / menghilangkan canggung postur tubuh;
• sandaran tangan (tinggi dan lebar disesuaikan);
• kastor;
• berat badan.
b. Proses Kerja
Proses kerja berkenaan dengan jangkauan pekerja terhadap peralatan kerja yang sesuai dengan posisi saat bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
c. Tata Letak Tempat Kerja
Tata letak tempat kerja harus jelas, terutama pada tampilan yang teerlihat pada ssat melakukan aktivitas kerja. Namun pada saat ini, banyak simbol-simbol yang digunakan daripada kata -kata
d. Mengangkat Beban
Ada berbagai macam dalam mengangkat beban. Mengangkat beban dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Jika beban terlalu berat, maka dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
H. Ergonomy Check Point
Untuk dapat menentukan bahwa tempat kerja aman dan sesuai dengan persyaratan ergonomi, maka perlu adanya pengecekan secara berkala terhadap tempat kerja. International Labour Organization (ILO) telah menentukan standar mnegenai ergonomi pada tempat kerja yang berupa Ergonomy Check Point. Standar yang telah ditetapkan akan digunakan sebagai tolok ukur ke ergonomian dari tempat kerja itu sendiri. ILO sendiri telah mengelompokkan poin poin tersebut dalam beberapa bab yang sama.
 Material Storage and Handling (Penyimpanan Bahan dan Penanganannya)
1. Memberikan tanda yang jelas tentang rute transportasi.
2. Jauhkan lorong dan koridor cukup lebar untuk memungkinkan dua arah transportasi.
3. Membuat permukaan rute transportasi bahkan, tidak licin, dan tanpa hambatan.
4. Memberikan landai dengan kemiringan kecil bukannya kecil tangga atau perbedaan ketinggian mendadak dalam tempat kerja.
5. Meningkatkan tata letak area kerja sehingga perlu memindahkan bahan diminimalkan.
6. Gunakan gerobak, tangan-truk dan perangkat roda lainnya, atau rol, ketika bergerak bahan.
7. Gunakan rak penyimpanan mobile untuk menghindari yang tidak perlu bongkar muat.
8. Gunakan rak multi-level atau rak dekat area kerja di memesan untuk meminimalkan transportasi manual bahan.
9. Gunakan perangkat mekanik untuk mengangkat, menurunkan dan bergerak bahan berat.
10. Kurangi penanganan manual bahan dengan menggunakan conveyers, kerekan dan cara mekanis lainnya mengangkut.
11. Alih-alih membawa beban berat, membagi mereka menjadi lebih kecil paket ringan, wadah atau nampan.
12. Memberikan pegangan, grip atau poin holding baik untuk semua paket dan kontainer.
13. Pindah barang secara horisontal saat bekerja sesuai berat barang
14. Hilangkan tugas yang memerlukan membungkuk atau memutar sementara penanganan bahan.
15. Jauhkan benda dekat dengan tubuh ketika secara manual penanganan bahan.
16. Menggabungkan angkat berat dengan tugas-tugas fisik ringan untuk menghindari cedera dan kelelahan dan meningkatkan efisiensi.
17. Memberikan kontainer sampah nyaman ditempatkan.
 Hand Tools (Alat Tangan)
18. Pilih alat yang dirancang untuk persyaratan tugas tertentu.
19. Memberikan alat-alat listrik yang aman dan pastikan bahwa keselamatan penjaga digunakan.
20. Gunakan menggantung alat untuk operasi diulang dalam yang sama tempat.
21. Gunakan keburukan dan klem untuk memegang bahan atau item pekerjaan.
22. Memberikan dukungan tangan saat menggunakan alat-alat presisi.
23. Minimalkan berat alat (kecuali untuk alat mencolok).
24. Untuk alat-alat tangan, menyediakan alat dengan pegangan dari tepat ketebalan, panjang, bentuk dan ukuran untuk memudahkan penanganan.
25. Memberikan alat-alat tangan dengan grip yang memiliki cukup gesekan atau dengan penjaga atau sumbat untuk menghindari slip dan terjepit.
26. Memberikan alat dengan isolasi yang tepat untuk menghindari luka bakar dan sengatan listrik.
27. Minimalkan getaran dan kebisingan alat-alat tangan.
28. Menyediakan “rumah” untuk setiap alat.
29. Memeriksa dan memelihara alat-alat tangan secara teratur.
30. Pekerja kereta api sebelum mengizinkan mereka untuk menggunakan kekuatan alat.
31. Sediakan ruang yang cukup untuk postur stabil.
 Machine Safety (Keamanan Mesin)
32. Desain kontrol untuk mencegah operasi yang tidak disengaja.
33. Membuat kontrol darurat jelas terlihat dan mudah diakses dari posisi alami operator.
34. Membuat kontrol yang berbeda mudah untuk membedakan dari masing-masing lain.
35. Pastikan bahwa pekerja dapat melihat dan menjangkau semua mengontrol nyaman.
36. Cari kontrol dalam urutan operasi.
37. Gunakan harapan alami untuk gerakan kontrol.
38. Batas jumlah pedal kaki dan, jika digunakan, membuat mereka mudah dioperasikan.
39. menampilkan Membuat dan sinyal mudah untuk membedakan dari sama lain dan mudah dibaca.
40. Gunakan tanda atau warna pada layar untuk membantu pekerja memahami apa yang harus dilakukan.
41. Gunakan simbol hanya jika mereka mudah dipahami oleh orang-orang lokal.
42. Membuat label dan tanda-tanda yang mudah untuk melihat, mudah dibaca dan mudah dimengerti.
43. Gunakan tanda-tanda peringatan bahwa pekerja memahami dengan mudah dan benar.
44. Gunakan jig dan perlengkapan untuk membuat operasi mesin stabil, aman dan efisien.
45. Pembelian mesin yang memenuhi kriteria keamanan.
46. Gunakan makan dan ejeksi perangkat untuk menjaga tangan jauh dari bagian berbahaya dari mesin.
47. Gunakan benar penjaga atau hambatan untuk mencegah tetapm kontak dengan bagian dari mesin yang bergerak.
48. Gunakan hambatan interlock untuk membuat mustahil bagi pekerja untuk mencapai titik berbahaya ketika mesin beroperasi.
49. Menetapkan prosedur yang aman untuk forklift mengemudi oleh memodifikasi tempat kerja dan memberikan yang memadai latihan.
50. Periksa, bersihkan dan menjaga mesin secara teratur.
 Workstation Design (Desain Tempat Kerja)
51. Menyesuaikan tinggi bekerja untuk setiap pekerja di siku tingkat atau sedikit di bawah itu.
52. Pastikan bahwa tempat kerja mengakomodasi kebutuhan pekerja yang lebih kecil.
53. Pastikan bahwa tempat kerja mengakomodasi kebutuhan pekerja lebih tinggi.
54. Tempat yang sering digunakan bahan, alat dan kontrol mudah dijangkau.
55. Memberikan permukaan kerja multi-tujuan yang stabil pada setiap workstation.
56. Pastikan bahwa pekerja dapat berdiri secara alami, dengan berat pada kedua kaki, dan melakukan dekat bekerja untuk dan di depan tubuh.
57. Biarkan pekerja bergantian berdiri dan duduk di tempat kerja sebanyak mungkin.
58. Memberikan berdiri pekerja dengan kursi atau bangku untuk duduk sesekali.
59. Memberikan pekerja duduk dengan kursi disesuaikan baik dengan sandaran.
60. Gunakan tinggi meja komputer yang bisa disesuaikan dan mengatur peripheral komputer terkait yang mudah untuk dijangkau.
61. Memberikan pemeriksaan mata dan tepat kacamata untuk pekerja menggunakan unit tampilan visual (VDU) secara teratur.
62. Memberikan suara dan pijakan yang stabil dan mencukupi menjaga pengaturan untuk bekerja di tempat-tempat tinggi.
63. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara kabin dan kursi kendaraan yang digunakan di tempat kerja.
 Lighting (Pencahayaan)
64. Meningkatkan penggunaan siang hari dan memberikan pandangan luar.
65. Gunakan warna terang untuk dinding dan langit-langit ketika lebih banyak cahaya diperlukan.
66. Penerangan pada koridor, tangga landai dan daerah lainnya di mana orang dapat berjalan atau bekerja.
67. Penerangan pada area kerja secara merata untuk meminimalkan perubahan kecerahan.
68. Memberikan pencahayaan yang cukup bagi pekerja sehingga mereka dapat bekerja secara efisien dan nyaman setiap saat.
69. Memberikan lampu lokal untuk presisi atau pekerjaan inspeksi.
70. Relokasikan sumber cahaya atau berikan pelindung untuk menghilangkan silau langsung dan tidak langsung.
71. Pilih latar belakang tugas visual yang tepat untuk tugas-tugas membutuhkan dekat, perhatian terus menerus.
72. Bersihkan jendela dan memelihara sumber cahaya.
 Premises (Tempat)
73. Melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.
74. Lindungi pekerja dari lingkungan kerja dingin.
75. Isolasi atau melindungi sumber-sumber panas atau dingin.
76. Instal sistem pembuangan lokal yang efektif yang memungkinkan efisien dan aman bekerja.
77. Meningkatkan penggunaan ventilasi alami bila diperlukan untuk meningkatkan iklim dalam ruangan.
78. Gunakan sistem AC untuk memberikan ruangan iklim yang kondusif untuk kesehatan dan kenyamanan orang.
79. Meningkatkan dan memelihara sistem ventilasi untuk menjamin kualitas udara tempat kerja yang baik.
80. Jauhkan area kerja kantor di urutan yang baik untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan orang yang menggunakan daerah.
81. Memberikan alat pemadam kebakaran cukup mudah dijangkau dan pastikan bahwa pekerja tahu bagaimana menggunakannya.
82. Daur ulang limbah untuk membuat lebih baik menggunakan sumber daya dan untuk melindungi lingkungan.
83. Membuat tanda rute pelarian dan menjaga pekerja dari hambatan atau membuat jalur evakuasi bagi pekerja.
84. Membangun rencana evakuasi untuk memastikan aman dan cepat jalan keluar dari tempat kerja.
 Hazzardous Substances and Agent (Zat Berbahaya dan Agen)
85. Isolasi atau tutup mesin yang menimbulkan suara keras atau bagian mesin yang menimbulkan suara bising.
86. Menjaga alat dan mesin secara teratur untuk mengurangi kebisingan.
87. Pastikan bahwa suara tidak mengganggu lisan komunikasi dan sinyal pendengaran.
88. Mengurangi getaran mempengaruhi pekerja dalam rangka meningkatkan keselamatan, kesehatan dan efisiensi kerja.
89. Pilih peralatan genggam listrik yang baik terisolasi terhadap kejut listrik dan panas.
90. Pastikan koneksi kabel yang aman untuk peralatan dan lampu.
91. Label dan menyimpan dengan baik kontainer berbahaya bahan kimia untuk berkomunikasi peringatan dan untuk memastikan aman penanganan.
92. Lindungi pekerja dari risiko kimia sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan efisien.
93. Mengidentifikasi ruangan yang terbatas yang membutuhkan izin masuk dan mengambil langkah-langkah pengendalian yang memadai untuk membuat ruang aman untuk masuk dan bekerja.
94. Lindungi pekerja dari risiko biologis dengan meminimalkan paparan agen biologi dan mengisolasi berpotensi daerah yang terkontaminasi.
 Welfare Facilities (Fasilitas Kesejahteraan)
95. Memberikan dan mempertahankan perubahan yang baik, mencuci dan fasilitas sanitasi untuk memastikan kebersihan dan kerapian.
96. Memberikan fasilitas minum dan makan daerah higienis untuk memastikan kinerja yang baik dan kesejahteraan.
97. Menyediakan fasilitas istirahat untuk pemulihan dari kelelahan.
98. Memberikan akses mudah ke peralatan pertolongan pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan primer di tempat kerja.
99. Menyediakan tempat untuk pertemuan karyawan dan pelatihan.
100. Telah menandai daerah yang membutuhkan penggunaan pribadi alat pelindung.
101. Menyediakan alat pelindung diri yang memberikan perlindungan yang memadai.
102. Pastikan biasa menggunakan alat pelindung diri dengan instruksi yang tepat, uji adaptasi dan pelatihan.
103. Pastikan bahwa setiap orang menggunakan alat pelindung diri di mana diperlukan.
104. Pastikan bahwa alat pelindung diri adalah diterima oleh pekerja dan bahwa itu dibersihkan dan dipertahankan.
105. Menyediakan penyimpanan yang tepat untuk pelindung diri peralatan.
 Work Organization (Organisasi Kerja)
106. Memecahkan masalah pekerjaan sehari-hari dengan melibatkan kelompok pekerja.
107. Konsultasikan pekerja pada peningkatan pengaturan kerja-waktu.
108. Libatkan pekerja di desain perbaikan tempat kerja sendiri.
109. Konsultasikan pekerja ketika ada perubahan produksi dan ketika perbaikan yang diperlukan untuk lebih aman, lebih mudah dan lebih efisien bekerja.
110. Menginformasikan dan memberikan reward pekerja tentang hasil mereka kerja.
111. Latih pekerja untuk mengambil tanggung jawab dan memberi mereka berarti untuk melakukan perbaikan dalam pekerjaan mereka.
112. Latih pekerja untuk operasi yang aman dan efisien.
113. Menyediakan pelatihan up-to-date untuk pekerja menggunakan komputer sistem.
114. Memberikan kesempatan untuk memudahkan komunikasi dan saling mendukung di tempat kerja.
115. Pertimbangkan keterampilan dan preferensi pekerja di menugaskan orang untuk pekerjaan dan memberikan mereka kesempatan untuk belajar keterampilan baru.
116. Mengatur kelompok kerja, yang masing-masing secara kolektif membawa pekerjaan dan bertanggung jawab untuk hasil-hasilnya.
117. Meningkatkan pekerjaan yang sulit dan tidak menyukai untuk meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang.
118. Menggabungkan tugas untuk membuat pekerjaan lebih menarik dan bervariasi.
119. Mengatur saham kecil produk yang belum selesai (buffer saham) antara tempat kerja yang berbeda.
120. Ambil tanggung jawab untuk bersih-bersih setiap hari.
121. Menyediakan singkat, jeda sering selama kontinyu presisi atau kerja komputer untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi kelelahan.
122. Memberikan kesempatan untuk latihan fisik untuk pekerja.
123. Doronglah partisipasi penuh perempuan dan laki-laki pekerja dalam menemukan dan melaksanakan pekerjaan perbaikan.
124. Membantu pekerja migran untuk melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan efisien.
125. Pilih yang sesuai beban kerja, memfasilitasi kerja sama tim dan memberikan pelatihan yang memadai bagi pekerja muda.
126. Mengadaptasikan fasilitas dan peralatan untuk pekerja dengan cacat sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan efisien.
127. Memberi perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan hamil dan wanita menyusui.
128. Mengambil langkah-langkah sehingga pekerja yang lebih tua dapat melakukan bekerja dengan aman dan efisien.
129. Sesuaikan tempat kerja dengan budaya dan terkait preferensi pekerja dengan mengambil pengguna berpusat pendekatan.
130. Melibatkan kedua manajer dan pekerja dalam melakukan penilaian risiko terkait ergonomi sebagai bagian dari sistem keselamatan dan manajemen kesehatan.
131. Membangun rencana darurat untuk memastikan bahwa ada operasi darurat, akses mudah ke fasilitas dan evakuasi yang cepat.
132. Pelajari tentang bagaimana cara untuk meningkatkan diri dari contoh-contoh yang baik dalam diri sendiri perusahaan atau di perusahaan-perusahaan lainnya

1 komentar: