Konsep Dasar Ergonomi
Ergonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu ergon yang artinya kerja dan
nomos yang artinya ilmu. Secara harfiah, ergonomi dapat dikatakan
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya. Jika dilihat dari pengertian tersebut, ruang lingkus
ergonomi terasa sempit, namun jika kita dapat mencermati lebih dalam,
maka ruang lingkup ergonomi akan sangat luas dan dapat mencakup segala
aspek, tempat, dan waktu. Jadi, ergonomi juga dapat diterapkan apa aspek
apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Beberapa ahli mendefinisikan
ergonomi dengan penjabarannya sebagai berikut (Solichin, 2014) :
1. Ergonomi adalah disiplin ilmu atau pendekatan multidisipliner yang
bertujuan mengoptimalkan sistem manusia dengan pekerjaan dan tempat
kerjanya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A, 1981).
2. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan dan atau menyeimbangkan antara seluruh fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup
secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
3. Ergonomi adalah ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam usaha
untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).
4. Ergonomi adalah ilmu dan penerapannya yang berusaha untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang
atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi
yang tinggi melalui pemanfaatan manusia secara optimal (Suma’mur, 1987).
5. Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian
pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah
cidera dan kecelakaan kerja pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ergonomi
berpusat pada manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan pada
kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Meningkatkan
produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara
lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan
tersebut dilakukan dalam usaha untuk mencegah cidera kecelakaan kerja.
Definisi lain menyebutkan bahwa ergonomi merupakan sebuah ilmu untuk
“fitting the job to the worker sementara itu dari International Labour
Organization (ILO) menyatakan bahwa, sebagai terapan ilmu biologi
manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja atau karyawan
dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
selain meningkatkan produktivitasnya. ILO juga menjabarkan mengenai
maksud dari kualitas hidup manusai pekerja sebagai berikut:
1. Work should respect the worker’s life and heath.
2. Work should leave the worker with free time for rest and eisure.
3. Work should enable the worker to serve society and achieve self fulfillment by developing his personal capacities.
1. Pekerjaan harus menghormati kehidupan pekerja dan kesehatan pekerja.
2. Pekerjaan harus memberikan pekerja dengan waktu luang untuk beristirahat dan rekreasi.
3. Pekerjaan harus mengaktifkan pekerja untuk melayani masyarakat dan
mencapai pemenuhan diri dengan mengembangkan kapasitas diri masing
masing.
Penjabaran dari definisi ergonomi juga dilakukan dalam bentuk fokus,
tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick, 1993) yang
penjabaran secara garis besar seperti berikut :
1. Secara fokus
Ergonomi akan menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan
produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana manusia
hidup dan bekerja setiap harinya.
2. Secara tujuan
Ergonomi memiliki dua tujuan, yaitu peningkatan efektifitas dan
efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pengurangan rasa lelah dan
sebagainya.
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai
keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku
dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas
manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan mengenai ergonomi tersebut diatas,
definisi ergonomi dapat dirangkum dalam definisi yang dikemukakan
Chapanis (1985), yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan
mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia,
kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk
merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas
pekerjaan manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan ilmu
yang menpelajari manusaia dalam kaitan dengan pekerjaan dan tempat kerja
yaitu penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang
berkaitan tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerja yang
ditinjau secara anatomi, psikologi, enginering, dan manajemen.
B. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengan ergonomi telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Aktivitas yang berkenaan dengan ergonomi seperti pola duduk dalam
bekerja dan sebagainya telah ada sebelum itu. Beberapa kejadian kejadian
penting dapat diilustrasikan sebagai berikut :
1. C.T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan
dari orang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh operator-operator di tempat kerjanya. Trackrah mengamati postur
tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Saat itu
Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan
dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta
pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya
badan dan iritasi indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan
metode ilmiah untuk menentukan bagaimana cara yang terbaik dalam
melakukan suatu pekerjaan.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja. Dalam hal ini
Gilbreth lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan
Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 191,
Gilbreth menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan
mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun maupun naik
(adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research Board), England, 1918
Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri ini didirikan sebagai
penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia I.
Mereka menunjukkan bagaimana keluaran setiap harinya meningkat dengan
jam kerja per hari-nya yang menurun.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo adalah seorang warga negara Australia. Ia memulai beberapa
studi di suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk
mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik yang ada pada tempat kerja
seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang, tank, dll). Masalah yang
ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk
mengendalikan pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel
pembuka, ketidak nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin,
desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu
dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator dalam tempat kerja.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomics Research
Society) di Inggris pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang
telah banyak terlibat dan berpengalaman dalam bidang ini. Hal ini
menghasilkan buku jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi
pada bulan November 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The
International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The
Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Diketahui pula
bahwa dalam Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan
pada tahun 1964, konferensi tersebut mencetuskan terbentuknya Masyarakat
Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of
Australian and New Zealand).
Perkembangan ergonomi pertama kali dipublikasikan pada tahun 1949
sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata
ergonomi tersebut berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan
nomos (aturan atau prinsip atau kaidah). Istilah ergonomi sering
digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat sendiri dikenal
istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut
yaitu ergonomic dan human factor hanya berbeda pada penekanannya. Yang
intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan
perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), “untuk mencapai tujuan
praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi
yang sama”.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak
empat ribu tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu
ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, layaknya
batu yng digunakan untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya,
sampai dilakukannya perbaikan ataupun perubahan pada alat bantu tersebut
untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangannya masih tidak
teratur dan tidak terarah, bahkan terkadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi yang modern dimulai kurang lebih seratus tahun
yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara
terpisah melakukan penelitian tentang waktu dan gerakan. Penggunaan
ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimalkan
interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai dengan
1930 Hawthorne Works of Wertern Electric di Amerika melakukan suatu
percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya terkenal dengan sebutan
“Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan
konsep uyang baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dengan mesin. Kemajuan
ergonomi semakin pesat dan terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya
bukti nyata bahwa penggunaan alat-alat yang sesuai dapat meningkatkan
produktivitas manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut telah
banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang pada masa
Perang Dunia II.
C. Ruang Lingkup Ergonomi
Dari pengertian mengenai ergonomi yang sudah dibahas pada bab
sebelumnya, ergonomi dapat dikatakan memiliki ruang lingkup yang sangat
luas. Meskipun cakupan ergonomi sangat luas, tetapi ada batasan yang
dapat dikatakan harus menerapkan fungsi ergonomi. Ruang lingkup ergonomi
berupa :
• Ergonomi fisik
Ergonomi fisik berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, karakteristik
fisiologi, anthropometri, dan karakteristik biomekanika yang erat
hubungannya dengan segala aktivitas fisik lainnya. Pembahasan mengenai
ergonomi fisik meliputi posisi tubuh duduk maupun berdiri, posisi tubuh
saat mengangkat beban, dan menjinjing beban.
a. Pengaturan tinggi landasan kerja pada posisi duduk yang perlu dipertimbangkan adalha sebagai berikut :
Sebuah pekerjaan kiranya dilakukan pada wakti yang lama
Kalau bisa ada meja yang dapat diatur naik serta turun
Tinggi landasan san tidak memerlukan fleksi tulang belakan yang berlebihan
Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rilkes dari bahu, dan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau
sedikit menurun.
b. Aturan kerja posisi badan berdiri
Kerja posisi badan berdiri lebih membuat lelah daripada posisis duduk
dan energi yang kita keluarkan juga akan lebih banyak 10% sampai 15%
dibangingkan dengan posisi duduk.
Kketinggian landasaan keerja posisi berdiri adalah :
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian, tinggi landasan kirra-kira 5 sampai 10 cm di atas tinggi siku berdiri.
Pekerjaan ringan, tiinggi landasan kira-kira 10 sampai 15 dibawah tinggi siku berdiri.
Pekerjaan yang diharuskan ada penekanan, tinggi landasan kira-kira 15 sampai 40 cm di bawah tinggi siku berdiri,
c. Posisi duduk dan berdiri memiliki keuntungan secara biomekanis dimana
tekanan pada tulang belakang dan pinggang sebesar 30% lebih rendah
dibanding dengan posisi duduk dan berdiri secara terus menerus.
Pada saat bekerja hendaknya dilakukan dudk dan berdiri secar berkala
Meja kerja menjangkau sesuatu lebih dar 40 cm ke depan atau 15 cm diatas landasan
d. Tujuan umum mengenai mangangkat beban
Ada berbagai macam cara dalam mengangkat beban berupa, dengan kepala,
tangan, bahu, punggung, dsb. Jika beban yang diangkat terlalu berat
dapat menimbulkan cidera tulang punggung, persendian dan otot akibat
gerakan yang berlebih.
Menjinjing beban
International Labour Organization telah menetapkan aturan mengenai beban yang diperbolehkan diangkat oleh individu :
Laki-laki dewasa boleh mengangkat masimal 40 kg
Perempuan dewasa hanya boleh mengangkat maksimal 15 sampai 20 kg
Laki laki usai 16 sampai 18 tahun boleh mengangkat sampai 20 kg saja
Perenpuan usia 16 sampai 18 tahun hanya boleh mengangkat beban sampai 15 kg
e. Metode mengangkat beban
Prinsip-prinsip mengangkat beban yang perlu diketahui oleh pekerja
melalui metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai berdasarkan
:
Otot lengan harus lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
Untuk memulai gerakan morizontal, harus menggunakan momentum berat badan
Metode mengangkat beban juga memiliki 5 faktor dasar :
Posisi lengat harus dekat dengan tubuh
Punggung harus kuat
Posisi kaki harus benar
Menggunakan berat badan
Mengangkat dengan benar
• Ergonomi kognitif
Ergonomi kognitif berkaitan dengan proses mental dari manusia yang
meliputi : persepsi, reaksi, dan ingatan sebagai akibat dari interaksi
manusia dengan sistem pemakaian elemen manusia. Dalam ergonomi kognitif,
pembahasan yang relevan berupa : beban kerja, pengambialn keputusan,
stress kerja, interaksi manusai dengan komputer, performa manusia, dan
keandalan manusia.
a. Beban kerja
Beban kerja merupakan salah satu yang menjadi anaisis dalam melakukan
perencanaan kerja. Beban kerja adalah usaha yang dikeluarkan oleh
pekerja atau karyawan untuk memenuhi dan menyelesaikan pekerjaan mereka.
Beban kerja tidak akan terlepas dari kapasitas, kapasitas sendiri
merupakan kemampuan manusia. Layaknya mesin, jika beban yang dikerjakan
melebihi kapasitasnya maka akan menurunkan usai pakai mesin tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan pada mesin. Begitupun manusia yang dalam
hal ini pekerja atau karyawan, jika mereka diberikan beban kerja yang
berlebihan, padahal kapasitas mereka masih kecil, maka akan menurunkan
kualitas hidup pekerja dan juga mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
kerja. Turunnya kualitas hidup pekerja ditandai dengan rasa kelelahan,
keletihan yang berlebih, dan tingginya kesalahan saat melakukan
pekerjaan.
Anaisis yang digunakan kuntuk mengurangi beban kerja diantaranya,
penentun kebutuhan para pekerja, membuat analisis ergonomi, membuat
analisis kesehtan dan keselamatan kerja (k3), sampai pada perencanaan
penghasilan atau gaji, dsb.
Aspek fisik, mental, dan penggunaaan waktu merupakan aspek yang
digunakan unruk perhitungan beban kerja. Aspek fisik mengacu pada
perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria fisik pekerja. Aspek mental
meliputi perhitungan beban kerja dengan mmempertimbangkan aspek mental
Atau psikologis dari pekerja. Dan aspek pemanfaatan waktu lebih kepada
mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.
Beban kerja fisik juga bermacam , namun secara umum meliputi sisi
fisiologis atau faal tubuh dan biomedika. Sisi fisiologis dilihat dari
kkondisi fisik tubuh meliputi denyut jantung, pernafasan, dsb. Dan sisi
biomedika lebih mengenai kepada aspek proses mekanik yang terjadi pada
tubuh, misalnya kekuatan otot, dan sebaginya. Beban kerja dapat dihitung
berdasarkan pemanfaatan waktu yang dibedakan antara pekerjaab yang
berulang atau repetitif, dan pekerjaan yang tidak berulang atau non
repetitif. Pekerjaan repetitif terjadi pada peerjaan dengan siklus
pekerjaan pekrjaan pendek dan berulang pada waktu yang sama. Contoh dari
pekerjaan repetitif berupa operator mesin di pabrik pabrik. Pekerjaan
non repetotif memiliki pola yang relatif tidak menentu. Contoh dari
pekerjaan non repetitif meliputi pekerjaan administrasi, tata usaha,
sekrrtaris, dan pegawai kantor pada umumnya.
Menurut Rodahl (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) bahwa secara
umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor darin dalam atau
internal maupun faktor dari luar atau eksternal.
Beban Kerja Karena Faktor Internal
Beban kerja karena faktor internal adalah salah satu faktor yang berasal
dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban
kerja eksternal. Reaksi tubuh dari beban kerja disebut sebagai strain.
Berat maupun ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun
subjektif. Penilaian secara objektif dapat melalui perubahan reaksi
fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif yaitu dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu, strain
secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan
penilaian subjektif lainnya. Faktor faktor internal meliputi:
a) Faktor tubuh : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi .
b) faktor psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll.
Beban Kerja Karena Faktor Eksternal.
Beban kerja karena faktor eksternal merupakan beban kerja yang berasal
dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah
tugas ( task ) itu sendiri, organisasi serta lingkungan kerja. Ketiga
faktor ini sering disebut sebagai stressor.
a. Tugas- tugas (tasks) yang diberikan baik yang bersifat fisik seperti,
stasiun kerja, alat dan sarana kerja, tata ruang tempat kerja, beban
yang diangkat-angkut, kondisi atau medan kerja, sarana informasi
termasuk displai dan control, sikap kerja, cara angkat-angkut, alat
bantu kerja, alur kerja dll. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental
seperti, kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang
mempengaruhi tingkat emosi pekerja, serta tanggung jawab terhadap
pekerjaan dll.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya
waktu kerja, kerja bergilir, waktu istirahat, model struktur organisasi
, kerja malam, sistem kerja, sistem pengupahan, musik kerja, pelimpahan
tugas dan wewenang dll.
c. Lingkungan atau tempat kerja yang mungkin dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja atau karyawan adalah:
o Lingkungan kerja fisik meliputi : mikroklimat (suhu udara, kelembaban
udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas kontras
penerangan, intensitas suara atau kebisingan, getaran mekanis, dan
tekanan udara pada tempat kerja.
o Lingkungan kerja kimiawi meliputi : debu, gas yang menyebabkan pencemar udara, uap logam, dll.
o Lingkungan kerja biologis meliputi : bakteri, virus dan parasit, jamur, serangga, dll.
o Lingkungan kerja psikologis atau mental meliputi : pemilihan dan
penempatan pekerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja lain, pekerja
dengan atasan atau pimpinan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan
lingkungan sosial yang berdampak kepada kualitas produktif kerja di
tempat kerja.
b. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
hasil dan keluaran dari proses mental (kognitif) yang membawa pada
pemilihan suatu tindakan diantara banyaknya alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang menghasilkan satu pilihan
final. Keluaran dari pemgambilan keputusan ini dapat berupa tindakan
atau pendapat pilihan. Dalam ergonomi kognitif, pekerja akan lebih dulu
berfikir untuk mealukan suatu pekerjan. Pengambilan keputusan yang
bersifat final, akan menimbulkan suatu pemikiran yang sangat matang,
pekerja harus memilah dan menimbang untung serta ruginya jika
menggunakan alternatif pilihan. Dalam pengambilan keputusan, pekerja
atau yang bersangkutan juga harus melihat aspek lainnya.
• Ergonomi organisasi
Ergonomi organisasi ini berkaitan dengan optimasi sistem dari
sosioleknik, termasuk didalamnya kebijakan, strukstur organiasasi dan
proses serta manajemen.
Dalam ergonomi organisasi, dapat dilihat menegnai komunikasi di dalam
lingkungan pekerjaan, perencanaan waktu aktif kerja, dan organisasi di
perusahaan yang dapat membuaat pekerja atau karyawan merasa nyaman dalam
bekerja di tempat kerja.
• Ergonomi lingkungan
Ergomoni lingkungan ini berkaitan dengan temperatur, pencahayaan, getaran, dan kebisingan suara pada tempat kerja.
a. Temperatur
Ada 2 faktor yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap suhu atau
temperature ditempat kerja yaitu sifat kerja yang dilakukan dan lamanya
karyawan mengalami suhu ekstrim. Pad pekerjaan mental dan kognitif
subyek yang bekerja dibawah pengaruh suhu tinggi yang berkepanjangan
membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan subyek yang berada di
bawah suhu yang lebih rendah. Akan tetapi pada pekerjaan manual
biasanya akan lebih terpengaruh oleh suhu yang sangat dingin, namun bila
pekerjaan sangat berat, kebanyakan orang terlihat lebih efisien dan
nyaman dengan suhu dibawah suhu yang biasanya.
b. Pencahayan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi adalah kadar atau
intensitas cahaya, distribusi cahaya, serta sinar yang menyilaukan.
Kadar Cahaya
Kadar cahaya digunakan untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan
ketelitian dalam penerangan. Pekerjaan yang meerlukan ketelitian
tersebut seperti, memperbaki arloji yang menuuntut kadar cahaya yang
cukup tinggi.
Distribusi Cahaya
Pengaturan yang ideal dalam distribusi cahaya merupakan jika cahaya
dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual.
Kelelahan mata setelah jangkat waktu tertentu dapat ditimbulkan karena
distribusi cahaya penerangan pasa suatu daerah kerja yang lebih tinggi
kadar cahaya daripada daerah yang mengelilingi.
Sinar yang menyilaukan
Sinar dapat menimbulkan penigkatan kesalahan dalam kerja rinci selama 20
menit. Selain menimbulkan ketegangan pada mata, silau juga dapat
mengaburkan pandangan.
Agar silau di tempat kerja dapat dihindari, hal-hal berikut ini harus menjadi perhatian kepada semua karyawan maupun pekerja :
Dilarang ada cahaya yang masuk pada bidang visual dari operator atau pekerja
Ruang kerja jangan dipakai saat sumber sinar tidak tersaring
Penyaringan cahaya harus rata-rata terangnya tidak boleh melebihi 0.3 sb (umum), dan 0.2 sb (pada ruang kerja)
Sudut antara garis pandang horizontal dengan garis penghubungnya harus lebih dari 300 terhadap mata
Jika sudutnya kurang, lampu penerangan harus disaring atau memakai lampu pendar, arah tabung harus menyilang garis pandang
Tempat kerja harus diletakkan dengan ketentuan garis pandang yang
paling sering dipakai jangan berhimpit dengan cahaya yang terpantul dan
area pantulan dengan konteras yang lebih 1:10 dan jangan sampai terjadi
pada bidang visual. Hal tersebut digunakan untuk menghindali silau
karena pantulan
Pemakaian alat kerja berupa perabot, mesin, perkakas, papan wesel yang berkilauan hendaknya dihindari.
c. Kadar Cahaya
Penentuan kadar cahaya digunakan untuk pekerjan tertentu. Pekerjaan yang
memerlukan kejelian dan ketelitian seerti memperbaiki jam tangan
menuntut kadar cahaya yang jauh lebih tinggi.
d. Desain ruang kerja
Ruang kerja yang ideal merupakan ruang kerja yang nyaman bagi pekerjanya
dan memenuhi syarat ergonomi. Desin yang ideal untuk ruang kerja yang
banyak digunakan adalah model terbuka dengan penyekat. Antara ekerja
hanya dibatasi didinding pemisah yang tidak terlalu tinggi yang biasanya
terbuat dari tripleks, sehingga pekerja masih dapat berinteraksi dengan
rekan kerja lainnya. Akan tetapi ruang kerja model ini membuat pekerja
tidak memiliki privasi, mengalami gangguan konsentrasi ketika rekan
kerjanya berbicara dengan keras di telepon.
Akan tetapi, jika dibanging dengan ruang model tertutup dimana
pekerjanya diberi ruang sendiri, pekerja akan lebih cepat leleh dan
jenuh, dismping itu dana dan tempat yang cukup besar dibutuhkan untuk
mendudungnya. Sehingga model rung kerja yang seperti ini lebih banyak
digunakan dalam perkantoran saat ini.
Subuah ruang kerja dapat dikatakan nyaman dan ergonomis jika memiliki faktor diantaranya :
Semua perlengkapan maupun penunjang mudah diatur dan disesuaikan dengan pekerja atau karyawan.
Desain dan semua perlengkapan disesuaikan dengan ukuran tubuh pekerja.
Tembok pemisah kurang dari 1,37 meter, sehingga pekerja masih bisa saling berinteraksi satu sama lain.
Ruang kerja dpat mengakomodir semua pekerja dan tidak terlalu banyak
sehingga berkesan padat. Ukuran ruangan pribadi bisanya berkisar antara
2,4 m x 2,4 m sampai 3,6 m x 3,6 m
Warna ruangan kerja dibuat kebih cerah dan terang. Jika ruang kerja
diberi warna hitam ataupun warna yang mencolok akan membuat pekerja
tersebut mengalami stress. Tetapi sebaliknya juka ruang kerja diberi
warna yang soft akan menbuat pekerja menjadi nyaman dan terkesan rileks
dalam melakukan tugasnya.
Diusahakan tidak ada mesin-mesin yang menggangu pekerjaan karyawan atau pekerja.
Tinngi langit-langit ruang kerja minimal 2.5 m.
Partisi penyekat yang digunakan terbuat dari bahan yang permanen dan
tidak mudah untuk dlepas. Dan dipasan tidak terlalu tinggi.
Jika suhu udara luar ruang kurang dari 180 C perlu menggunakan pemanas
ruang. Ini biasanya terdapat di ruangan kerja negara bagian selatan
yang memiliki iklim panas dan dingin
Bila suhu dalam ruangan mencapai lebih dari 280 C perlu menggunakan alat tata udara seperti AC atau kipas angin.
e. Udara Ruang
Upaya yang dilakukan untuk penyehatan udara ryuang gara suuhu dan
kelembaban, debu, sirkulasi udara, bahan pencemaran dan mikroba di uang
tempat bekerja harus memenuhi syarat kesehatan.
Agar kandunga debu di alam ruang kerja mmenuhi persyaratan kesehatan makan harus dilakukan upaya sebagai berikut :
Pembersihan dinding dilakukan secara bertahap 2 kali daam setahun da di cat ulang 1 kali dalam setahun.
Kegiatan membersihkan ruang kerja dilakukan setiap hari bisa pagin dan
sore haru dengan menggunakan kain pel basah ataupun pompa hampa atau
vacum cleaner.
Sistem ventilasi yang memenuhi persyaratan ergonomi.
D. Sistem Manusia – Mesin
Pada industri pelayanan maupun industri manufaktur peran manusia masih
sangat penting sebagai komponen industri dalam proses produksi. Meskipun
saat ini seiriring dengan perkembangan teknologi produksi yang
berkembang sangat pesat dengan adanya otomasi industri misalnya, faktor
manusia tetap sangat dibutuhkan dalam mementukan produktivitas. Manusia
merupakan komponen penting dalam sistem manusia- mesin, kedua kompnen
produksi tersebut akan saling berinteraksi guna menghasilkan output
berdasarkan input yang telah dirancang dan ditentukan. Manusia akan
memperoleh masukan (input) dengan melihat dan mendengar (sensing) dari
display mesin, dari informasi yang diperoleh kemudian akan diproses oleh
otak, kemudian otak akan memutuskan untuk melakukan reaksi melalui
kontrol mesin. Dari kontrol mesin akan membuat mesin tersebut dapat
beroperasi, lalu mesin dipasang display guna menginformasikan bahwa
mesin sedang beroperasi, kemudian setelah proses mesin sudah selesai,
mesin tersebut akan otomatis mati. Beroperasinya mesin akan memproses
masukan (input) menjadi keluarang (output), proses tersebut terjadi pada
lingkungan kerja.
Setelah adanya hubungan manusia-mesin, kemudian akan dikelompokkan menjadi :
1. Sistem manual
Pada sistem manual ini masukan akan langsung menjadi keluaran. Alat
tangan berfungsi untuk menambah kemampuan atau kapabilitas dalam
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya. Manusia hanya berfungsi
sebagai sumber tenaga dan juga kendali operasi.
2. Sistem mekanik
Sistem mekanik sering disebut dengan sistem semi otomatis. Pada sistem
mekanik ini tenaga pekerja dan beberapa fungsi lain sat proses produksi
diganti mesin. Manusia hanya akam memberi respon melalui sistem kontrol
untuk mengoperasikan mesin. Mesin akan beroperasi dan dikendaliakan
penuh oleh manusia.
3. Sistem otomatis
Pada sistem otomatis ini, mesin cukup mampu melaksanakan semua fungsi
yang dilakukan manusia. Fungsi tersebut berupa sensor, pengambilan
keputusan maupun aksi. Dalam hal ini manusia bertugas memonitor agar
mesin dapat bekerja dengan dengan baik, dan manusia bertugas memasukkan
data atau mengganti program baru apabila diperlukan.
E. Metode Ergonomi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengutarakan beberapa metode
yang digunakan dalam penerapan ergonomi. Dalam menilai tingkat ergonomi
suatu lingkungan kerja, yaitu :
• Diagnosis
Metode diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara denga pekerja yang
bersangkutan, inspeksi tempat kerja dengan cara penilaian fisik pekerja
yang selanjutnya dapat dilakukan treatment pada pekerja. Diagnosis lain
berupa pengujian pencshayaan, pengukuran lingkungan kerja , dan
melakukan checklist ergonomi atau yang sering disebut ergonomi check
point. Variasi dari metode diagnosis sendiri akan sangat luas, ada
diagnosis yang sederhana sampai diagnosis yang sangat kompleks.
• Treatment
Dalam metode tteatment ini pemecahan masalah sangat bergantung pada data
dasar saat melakukan diagnosis. Jadi treatment disini lebih mengacupada
penerapan atau eksekusi yang akan dilakukan setelah diagnosis di
dpatkan. Contoh-contoh yang dapat dikatakan sebagai treatment seperti
mengubah letak pencahayaan atau jendela yang sesuai dengan kondisi
kerja. Contoh lainnya berupa tindakan preventif seperti membeli
furniture atau perlengkapan ruang yang sesuai dengan diimensi fisik
pekerja berupa meja dan kursi yang nyaman misalnya.
• Follow Up
Metode Follow Up disini lebih mengacu pada evaluasi yang subyektif
maupun obyektif. Evaluasi subyektif dapat dilakukan dengan cara
menanyakan tentang seberapa nyaman perkerja terhadap pekerjaannya.
Atasan dapat menanyakan apakah saat melakukan kerja pekerja merrasa
kesakitan mislnya pada bagian bahu atau siku, keletiihan, sakit kepala
dan sebagainya. Untuk evaluasi secara obyektif, dapat dikalaukan dengan
mengukur parameter produk yang ditolak, mengecek absensi sakit,
menyurvei angka kecelakaan dan lain sebagainya.
F. Ergonomi Anthropometri
Kata anthropometri berasal dari kata “anthro” dan “metry”. Kata “anthro “
yang berarti manusia dan “metry” yang berarti ukuran. Dapat
didefinisikan bahwa anthropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Winjosoebroto, 2000).
Hughes (2002) mendefinisikan anthropometri sebagai ilmu mengukur dan
mengoleksi data karakteristik fisik dan aplikasinya untuk desain dan
evaluasi sistem, peralatan, produk manufaktur, fasilitas dan lingkungan
manusia.
Antropometri dapat didefinisikan sebagai pengukuran manusia, pengukuran
yang dimaksud misalnya, tinggi, panjang siku-pergelangan tangan, dll.
Faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometri meliputi gender, etnis,
pertumbuhan dan perkembangan, tren sekuler, penuaan, kelas sosial, dan
pekerjaan, serta pakaian dan peralatan pribadi. Survei antropometri
merinci berbagai pengukuran yang telah dilakukan untuk berbagai populasi
(Pheasant,1986). Dewasa ini, sumber buku yang paling banyak dirujuk
adalah teks internasional dari International Labour Office (Jurgens
dkk., 1990). Teks ini telah disusun menjadi database antropometri yang
komprehensif. Tenaga kerja yang berbeda di berbagai belahan dunia dan
beragam, oleh karena itu, penting untuk merancang tempat kerja
berdasarkan antropometri dari pengguna atau pekerja itu sendiri.
Pengukuran antropometri pada setiap orang dibandingkan dengan
nilai-nilai yang diamati pada populasi umum dan dinyatakan sebagai
persentil. Persentil didefinisikan sebagai satu set divisi yang
menghasilkan 100 bagian yang sama dalam serangkaian nilai-nilai yang
berlanjut. (Last, 1988) Dengan demikian orang yang tingginya di atas
persentil ke-90 adalah lebih tinggi dari 90% dari semua orang di seri.
Nilai terkecil dari pengukuran biasanya terkait dengan persentil
perempuan 5, dan terbesar nilai pengukuran biasanya berhubungan dengan
95 orang laki-laki persentil.
Dalam desain ergonomis, salah satu dapat menggunakan data antropometri
di tiga cara yang berbeda. Yang pertama adalah merancang untuk rentang
(yang terkecil sampai yang terbesar, biasanya dari persentil ke-5 untuk
persentil ke-95), seperti desain tinggi disesuaikan kursi berdasarkan
tinggi poplitea. yang kedua adalah merancang untuk ekstrim (terkecil
atau terbesar, biasanya untuk 5 persentil atau persentil ke-95), seperti
desain ketinggian tiang pintu untuk perawakan orang terbesar ini
(ditambah cukup clearance) atau desain rak untuk terkecil jangkauan
fungsional seseorang. Yang ketiga adalah merancang untuk Rata-rata.
Metode ini hanya diterima ketika seseorang menggunakan tempat kerja
untuk jangka waktu yang sangat singkat. Metode ini biasanya dihindari
oleh ergonomists, karena tidak mengakomodasi segmen besar dari populasi
pengguna. Sebuah Misalnya adalah merancang ketinggian permukaan kerja di
bank untuk tinggi siku pelanggan.
Telah dijelaskan bahwa anthropometri mengacu pada ukuran tubuh manusia.
Ukuran tubuh setiap manusia pun berbeda-beda tergantung faktor dari
dalam manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia
meliputi :
1. Usia
Ukuran tubuh manusia akan terus berkembang seiring dengan tambahnya
usia. Pada usia 0 sampai 25 tahun ukuran tubuh akan terus berkembang
pesat, 25 sampai 40 tahun ukuran tubuh manusia relatif tetap, dan saat
usia 40 tahun ke atas cenderung mulai menyusut. Pada umur 50 sampai 60
tahun kekuatan otot tubuh menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris serta
motoris menurun sebanyak 60%. Kemampuan kerja fisik seseorang yang
berumur lebih dari 60 tahun tinggal mencapai 50% dari umur orang yang
berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan pada ;
tajamnya penglihatan, VO2 max, kecepatan membedakan sesuatu,
pendengaran, membuat keputusan dan kemampuan mengingat jangka pendek
(short term memory).
2. Jenis Kelamin
Ukuran tubuh laki-laki pada umumnya cenderung lebiih besar dari pada
ukuran tubuh perempuan, kecuali pada bagian tubuh tertentu seperti
pinggul dan payudara. Umumnya perempuan memiliki kekuatan fisik 2/3 dari
kemampuan fisik serta kekuatan otot pada laki-laki.
3. Suku Bangsa
Ukuran tubuh pada setiap suku bangsa ataun kelompok etheenik akan
beragam dan memiliki karakteristik tubuh yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
Prinsip dasar penerapan anthropometri dalam desain yang ergonomis meliputi :
1. Desain untuk individual yang ekstrim (maksimal dan minimal)
Desain ini digunakan untuk gaya operasional alat kontrol yang mengunakan
ekstrim minimal. Desain untuk individual ini contohnya pada
pengaplikasian tinggi pintu yang seharusnya ukuran tinggi maksimal
manusia.
2. Desain untuk rata-rata manusia
Pendekatan desain rata-rata manusia ini tergolong murah dan mudah. Namun
metode ini memiliki kelamahan yang besar karena hanya beberapa populasi
yang mampu mengoperasikan.
3. Desain yang dapat disetel
Desain anthropometri ini sangat baik, karena 95% dari keseluruhan
populasi mampu mengoperasikan aat tersebut, tetapi kelemahan dari desain
ini membutuhkan biaya yang mahal.
4. Desain untuk individu
Desain anthropometri ini dibuat untuk individu yang memiliki data yang
digunakann untuk mendesain. Desain seperti ini sangat ideal untuk
individu tetapi tidak nyaman digunakan untuk orang lain.
Anthropometri dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Anthropometri statis atau struktural
Anthropometri statis atau struktural merupakan ukuran tubuh manusia pada
saat kondisi tidak bergerak, posisi standar baik posisi berdiri maupun
duduk.
2. Anthropometri dinamis atau fungsional
Anthropometri dinamis atau fungsional merupakan ukuran tubuh manusia saat melakukan aktivitas kerja di suatu lingkungan kerja.
Anthropometri secar luas digunakan sebagi bahan pertimbangan ergonimi
dalam interaksi manusai. Data antropometri yang diperoleh aan
diaplikasikan secara luas dalam hal :
1. Perencanaan area kerja seperti work station, interior mobin dan lain lain.
2. Perancangan lingkungan kerja fisik yang ideal
3. Perancangan alat kerja seperti mesin, perkakas, dan sebaginya
4. Peancangan produk konsumtif atau habis pakai seperti pakaian, kursi, meja dan lain lain.
G. Aplikasi Ergonomi
Aplikasi ergonomi mengacu pada penerapan ergonomi itu sendiri. Pada sub
bab ini aka dibahas mengenai aplikasinya yang sebelumnya telah
disinggung pada ruanglingkup ergonomi.
a. Posisi Kerja
Posisi kerja terdiri dari kerja duduk dan kerja berdiri. Untuk penyabarannya sebagai berikut :
• Kerja Berdiri
Kerja berdiri adalah posisi kerja dimana tualng belakang vertikal dengan
berat badan yang bertumpu secara seimbang pada dua kaki.
• Kerja duduk
Kerja duduk sendiri terjadi saat kaki tidak dibebani dengan berat tubuh
pekerja, dan memiiki posisi stabil selama bekerja. Kerja duduk dan
tempat duduk merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tempat
duduk sendiri dibuat agar nilai ergonomisnya dapat terpenuhi serta
tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi individu dan mengurangi
kelelahan, serta untuk menfasilitasu postur tubuh yang tepat.
Keuntungan dari duduk daripada berdiri adalah sebagai berikut :
Duduk hanya sedikit membutuhkan aktivitas otot, menundam kelelahan.
Seorang individu dapat duduk untuk sekitar satu jam tapi berdiri selama
kurang lebih hanya setengah jam sebelum terjadi kelelahan di tempat
kerja.
Duduk memiliki stabilitas lebih, yang diperlukan untuk presisi atau tugas dengan baik.
Ketika duduk, seorang pekerja atau karyawan dapat mengoperasikan
kontrol kaki lebih mudah sambil mempertahankan postur tubuh yang baik.
Faktor yang paling sering ditekankan saat membeli atau memilih kursi
adalah biaya dan penampilan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam desain dan pemilihan kursi meliputi :
(1) Faktor ergonomis:
• antropometri dari pengguna; kenyamanan pengguna (tidak untuk pembeli).
(2) Faktor yang dapat disesuaikan:
• berbagai penyesuaian dari pengguna;
• kemudahan penyesuaian (misal berlabel, kontrol kede warna).
(3) Faktor ekonomi:
• biaya awal pembelian dari kursi;
• pemeliharaan kursi;
• lama waktu kursi dapat digunakan.
(4) Faktor keamanan:
• tipping;
• meluncur;
• lainnya.
(5) Faktor-faktor lain:
• Mekanisme putar untuk mengurangi / menghilangkan canggung postur tubuh;
• sandaran tangan (tinggi dan lebar disesuaikan);
• kastor;
• berat badan.
b. Proses Kerja
Proses kerja berkenaan dengan jangkauan pekerja terhadap peralatan kerja
yang sesuai dengan posisi saat bekerja dan sesuai dengan ukuran
anthropometrinya.
c. Tata Letak Tempat Kerja
Tata letak tempat kerja harus jelas, terutama pada tampilan yang
teerlihat pada ssat melakukan aktivitas kerja. Namun pada saat ini,
banyak simbol-simbol yang digunakan daripada kata -kata
d. Mengangkat Beban
Ada berbagai macam dalam mengangkat beban. Mengangkat beban dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Jika beban terlalu
berat, maka dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
H. Ergonomy Check Point
Untuk dapat menentukan bahwa tempat kerja aman dan sesuai dengan
persyaratan ergonomi, maka perlu adanya pengecekan secara berkala
terhadap tempat kerja. International Labour Organization (ILO) telah
menentukan standar mnegenai ergonomi pada tempat kerja yang berupa
Ergonomy Check Point. Standar yang telah ditetapkan akan digunakan
sebagai tolok ukur ke ergonomian dari tempat kerja itu sendiri. ILO
sendiri telah mengelompokkan poin poin tersebut dalam beberapa bab yang
sama.
Material Storage and Handling (Penyimpanan Bahan dan Penanganannya)
1. Memberikan tanda yang jelas tentang rute transportasi.
2. Jauhkan lorong dan koridor cukup lebar untuk memungkinkan dua arah transportasi.
3. Membuat permukaan rute transportasi bahkan, tidak licin, dan tanpa hambatan.
4. Memberikan landai dengan kemiringan kecil bukannya kecil tangga atau perbedaan ketinggian mendadak dalam tempat kerja.
5. Meningkatkan tata letak area kerja sehingga perlu memindahkan bahan diminimalkan.
6. Gunakan gerobak, tangan-truk dan perangkat roda lainnya, atau rol, ketika bergerak bahan.
7. Gunakan rak penyimpanan mobile untuk menghindari yang tidak perlu bongkar muat.
8. Gunakan rak multi-level atau rak dekat area kerja di memesan untuk meminimalkan transportasi manual bahan.
9. Gunakan perangkat mekanik untuk mengangkat, menurunkan dan bergerak bahan berat.
10. Kurangi penanganan manual bahan dengan menggunakan conveyers, kerekan dan cara mekanis lainnya mengangkut.
11. Alih-alih membawa beban berat, membagi mereka menjadi lebih kecil paket ringan, wadah atau nampan.
12. Memberikan pegangan, grip atau poin holding baik untuk semua paket dan kontainer.
13. Pindah barang secara horisontal saat bekerja sesuai berat barang
14. Hilangkan tugas yang memerlukan membungkuk atau memutar sementara penanganan bahan.
15. Jauhkan benda dekat dengan tubuh ketika secara manual penanganan bahan.
16. Menggabungkan angkat berat dengan tugas-tugas fisik ringan untuk
menghindari cedera dan kelelahan dan meningkatkan efisiensi.
17. Memberikan kontainer sampah nyaman ditempatkan.
Hand Tools (Alat Tangan)
18. Pilih alat yang dirancang untuk persyaratan tugas tertentu.
19. Memberikan alat-alat listrik yang aman dan pastikan bahwa keselamatan penjaga digunakan.
20. Gunakan menggantung alat untuk operasi diulang dalam yang sama tempat.
21. Gunakan keburukan dan klem untuk memegang bahan atau item pekerjaan.
22. Memberikan dukungan tangan saat menggunakan alat-alat presisi.
23. Minimalkan berat alat (kecuali untuk alat mencolok).
24. Untuk alat-alat tangan, menyediakan alat dengan pegangan dari tepat
ketebalan, panjang, bentuk dan ukuran untuk memudahkan penanganan.
25. Memberikan alat-alat tangan dengan grip yang memiliki cukup gesekan
atau dengan penjaga atau sumbat untuk menghindari slip dan terjepit.
26. Memberikan alat dengan isolasi yang tepat untuk menghindari luka bakar dan sengatan listrik.
27. Minimalkan getaran dan kebisingan alat-alat tangan.
28. Menyediakan “rumah” untuk setiap alat.
29. Memeriksa dan memelihara alat-alat tangan secara teratur.
30. Pekerja kereta api sebelum mengizinkan mereka untuk menggunakan kekuatan alat.
31. Sediakan ruang yang cukup untuk postur stabil.
Machine Safety (Keamanan Mesin)
32. Desain kontrol untuk mencegah operasi yang tidak disengaja.
33. Membuat kontrol darurat jelas terlihat dan mudah diakses dari posisi alami operator.
34. Membuat kontrol yang berbeda mudah untuk membedakan dari masing-masing lain.
35. Pastikan bahwa pekerja dapat melihat dan menjangkau semua mengontrol nyaman.
36. Cari kontrol dalam urutan operasi.
37. Gunakan harapan alami untuk gerakan kontrol.
38. Batas jumlah pedal kaki dan, jika digunakan, membuat mereka mudah dioperasikan.
39. menampilkan Membuat dan sinyal mudah untuk membedakan dari sama lain dan mudah dibaca.
40. Gunakan tanda atau warna pada layar untuk membantu pekerja memahami apa yang harus dilakukan.
41. Gunakan simbol hanya jika mereka mudah dipahami oleh orang-orang lokal.
42. Membuat label dan tanda-tanda yang mudah untuk melihat, mudah dibaca dan mudah dimengerti.
43. Gunakan tanda-tanda peringatan bahwa pekerja memahami dengan mudah dan benar.
44. Gunakan jig dan perlengkapan untuk membuat operasi mesin stabil, aman dan efisien.
45. Pembelian mesin yang memenuhi kriteria keamanan.
46. Gunakan makan dan ejeksi perangkat untuk menjaga tangan jauh dari bagian berbahaya dari mesin.
47. Gunakan benar penjaga atau hambatan untuk mencegah tetapm kontak dengan bagian dari mesin yang bergerak.
48. Gunakan hambatan interlock untuk membuat mustahil bagi pekerja untuk mencapai titik berbahaya ketika mesin beroperasi.
49. Menetapkan prosedur yang aman untuk forklift mengemudi oleh memodifikasi tempat kerja dan memberikan yang memadai latihan.
50. Periksa, bersihkan dan menjaga mesin secara teratur.
Workstation Design (Desain Tempat Kerja)
51. Menyesuaikan tinggi bekerja untuk setiap pekerja di siku tingkat atau sedikit di bawah itu.
52. Pastikan bahwa tempat kerja mengakomodasi kebutuhan pekerja yang lebih kecil.
53. Pastikan bahwa tempat kerja mengakomodasi kebutuhan pekerja lebih tinggi.
54. Tempat yang sering digunakan bahan, alat dan kontrol mudah dijangkau.
55. Memberikan permukaan kerja multi-tujuan yang stabil pada setiap workstation.
56. Pastikan bahwa pekerja dapat berdiri secara alami, dengan berat pada
kedua kaki, dan melakukan dekat bekerja untuk dan di depan tubuh.
57. Biarkan pekerja bergantian berdiri dan duduk di tempat kerja sebanyak mungkin.
58. Memberikan berdiri pekerja dengan kursi atau bangku untuk duduk sesekali.
59. Memberikan pekerja duduk dengan kursi disesuaikan baik dengan sandaran.
60. Gunakan tinggi meja komputer yang bisa disesuaikan dan mengatur peripheral komputer terkait yang mudah untuk dijangkau.
61. Memberikan pemeriksaan mata dan tepat kacamata untuk pekerja menggunakan unit tampilan visual (VDU) secara teratur.
62. Memberikan suara dan pijakan yang stabil dan mencukupi menjaga pengaturan untuk bekerja di tempat-tempat tinggi.
63. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara kabin dan kursi kendaraan yang digunakan di tempat kerja.
Lighting (Pencahayaan)
64. Meningkatkan penggunaan siang hari dan memberikan pandangan luar.
65. Gunakan warna terang untuk dinding dan langit-langit ketika lebih banyak cahaya diperlukan.
66. Penerangan pada koridor, tangga landai dan daerah lainnya di mana orang dapat berjalan atau bekerja.
67. Penerangan pada area kerja secara merata untuk meminimalkan perubahan kecerahan.
68. Memberikan pencahayaan yang cukup bagi pekerja sehingga mereka dapat bekerja secara efisien dan nyaman setiap saat.
69. Memberikan lampu lokal untuk presisi atau pekerjaan inspeksi.
70. Relokasikan sumber cahaya atau berikan pelindung untuk menghilangkan silau langsung dan tidak langsung.
71. Pilih latar belakang tugas visual yang tepat untuk tugas-tugas membutuhkan dekat, perhatian terus menerus.
72. Bersihkan jendela dan memelihara sumber cahaya.
Premises (Tempat)
73. Melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.
74. Lindungi pekerja dari lingkungan kerja dingin.
75. Isolasi atau melindungi sumber-sumber panas atau dingin.
76. Instal sistem pembuangan lokal yang efektif yang memungkinkan efisien dan aman bekerja.
77. Meningkatkan penggunaan ventilasi alami bila diperlukan untuk meningkatkan iklim dalam ruangan.
78. Gunakan sistem AC untuk memberikan ruangan iklim yang kondusif untuk kesehatan dan kenyamanan orang.
79. Meningkatkan dan memelihara sistem ventilasi untuk menjamin kualitas udara tempat kerja yang baik.
80. Jauhkan area kerja kantor di urutan yang baik untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan orang yang menggunakan daerah.
81. Memberikan alat pemadam kebakaran cukup mudah dijangkau dan pastikan bahwa pekerja tahu bagaimana menggunakannya.
82. Daur ulang limbah untuk membuat lebih baik menggunakan sumber daya dan untuk melindungi lingkungan.
83. Membuat tanda rute pelarian dan menjaga pekerja dari hambatan atau membuat jalur evakuasi bagi pekerja.
84. Membangun rencana evakuasi untuk memastikan aman dan cepat jalan keluar dari tempat kerja.
Hazzardous Substances and Agent (Zat Berbahaya dan Agen)
85. Isolasi atau tutup mesin yang menimbulkan suara keras atau bagian mesin yang menimbulkan suara bising.
86. Menjaga alat dan mesin secara teratur untuk mengurangi kebisingan.
87. Pastikan bahwa suara tidak mengganggu lisan komunikasi dan sinyal pendengaran.
88. Mengurangi getaran mempengaruhi pekerja dalam rangka meningkatkan keselamatan, kesehatan dan efisiensi kerja.
89. Pilih peralatan genggam listrik yang baik terisolasi terhadap kejut listrik dan panas.
90. Pastikan koneksi kabel yang aman untuk peralatan dan lampu.
91. Label dan menyimpan dengan baik kontainer berbahaya bahan kimia
untuk berkomunikasi peringatan dan untuk memastikan aman penanganan.
92. Lindungi pekerja dari risiko kimia sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan efisien.
93. Mengidentifikasi ruangan yang terbatas yang membutuhkan izin masuk
dan mengambil langkah-langkah pengendalian yang memadai untuk membuat
ruang aman untuk masuk dan bekerja.
94. Lindungi pekerja dari risiko biologis dengan meminimalkan paparan
agen biologi dan mengisolasi berpotensi daerah yang terkontaminasi.
Welfare Facilities (Fasilitas Kesejahteraan)
95. Memberikan dan mempertahankan perubahan yang baik, mencuci dan fasilitas sanitasi untuk memastikan kebersihan dan kerapian.
96. Memberikan fasilitas minum dan makan daerah higienis untuk memastikan kinerja yang baik dan kesejahteraan.
97. Menyediakan fasilitas istirahat untuk pemulihan dari kelelahan.
98. Memberikan akses mudah ke peralatan pertolongan pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan primer di tempat kerja.
99. Menyediakan tempat untuk pertemuan karyawan dan pelatihan.
100. Telah menandai daerah yang membutuhkan penggunaan pribadi alat pelindung.
101. Menyediakan alat pelindung diri yang memberikan perlindungan yang memadai.
102. Pastikan biasa menggunakan alat pelindung diri dengan instruksi yang tepat, uji adaptasi dan pelatihan.
103. Pastikan bahwa setiap orang menggunakan alat pelindung diri di mana diperlukan.
104. Pastikan bahwa alat pelindung diri adalah diterima oleh pekerja dan bahwa itu dibersihkan dan dipertahankan.
105. Menyediakan penyimpanan yang tepat untuk pelindung diri peralatan.
Work Organization (Organisasi Kerja)
106. Memecahkan masalah pekerjaan sehari-hari dengan melibatkan kelompok pekerja.
107. Konsultasikan pekerja pada peningkatan pengaturan kerja-waktu.
108. Libatkan pekerja di desain perbaikan tempat kerja sendiri.
109. Konsultasikan pekerja ketika ada perubahan produksi dan ketika
perbaikan yang diperlukan untuk lebih aman, lebih mudah dan lebih
efisien bekerja.
110. Menginformasikan dan memberikan reward pekerja tentang hasil mereka kerja.
111. Latih pekerja untuk mengambil tanggung jawab dan memberi mereka berarti untuk melakukan perbaikan dalam pekerjaan mereka.
112. Latih pekerja untuk operasi yang aman dan efisien.
113. Menyediakan pelatihan up-to-date untuk pekerja menggunakan komputer sistem.
114. Memberikan kesempatan untuk memudahkan komunikasi dan saling mendukung di tempat kerja.
115. Pertimbangkan keterampilan dan preferensi pekerja di menugaskan
orang untuk pekerjaan dan memberikan mereka kesempatan untuk belajar
keterampilan baru.
116. Mengatur kelompok kerja, yang masing-masing secara kolektif membawa pekerjaan dan bertanggung jawab untuk hasil-hasilnya.
117. Meningkatkan pekerjaan yang sulit dan tidak menyukai untuk meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang.
118. Menggabungkan tugas untuk membuat pekerjaan lebih menarik dan bervariasi.
119. Mengatur saham kecil produk yang belum selesai (buffer saham) antara tempat kerja yang berbeda.
120. Ambil tanggung jawab untuk bersih-bersih setiap hari.
121. Menyediakan singkat, jeda sering selama kontinyu presisi atau kerja
komputer untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi kelelahan.
122. Memberikan kesempatan untuk latihan fisik untuk pekerja.
123. Doronglah partisipasi penuh perempuan dan laki-laki pekerja dalam menemukan dan melaksanakan pekerjaan perbaikan.
124. Membantu pekerja migran untuk melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan efisien.
125. Pilih yang sesuai beban kerja, memfasilitasi kerja sama tim dan memberikan pelatihan yang memadai bagi pekerja muda.
126. Mengadaptasikan fasilitas dan peralatan untuk pekerja dengan cacat
sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka dengan aman dan
efisien.
127. Memberi perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan hamil dan wanita menyusui.
128. Mengambil langkah-langkah sehingga pekerja yang lebih tua dapat melakukan bekerja dengan aman dan efisien.
129. Sesuaikan tempat kerja dengan budaya dan terkait preferensi pekerja dengan mengambil pengguna berpusat pendekatan.
130. Melibatkan kedua manajer dan pekerja dalam melakukan penilaian
risiko terkait ergonomi sebagai bagian dari sistem keselamatan dan
manajemen kesehatan.
131. Membangun rencana darurat untuk memastikan bahwa ada operasi darurat, akses mudah ke fasilitas dan evakuasi yang cepat.
132. Pelajari tentang bagaimana cara untuk meningkatkan diri dari
contoh-contoh yang baik dalam diri sendiri perusahaan atau di
perusahaan-perusahaan lainnya
Artukelnya sangat bagus.
BalasHapusBoleh tau referensi nya engga gan?